Senin, 20 April 2015

Cerita Motivasi Pengetuk Kalbu

Kegagalan Adalah Keberhasilan Seorang Ahmian Daybis
Oleh Rahmat Rian Hidayat Lubis

Kecerdasan, kehebatan dan kemahiran seseorang bisa di gapai tak luput dari kebiasaan kebiasaan yang menjunjung tinggi ketakwaan seseorang kepada Tuhannya
     Begitupun saudara beragama muslim yang bernama Ahmian Daybis, dia adalah seorang pengusaha muda yang tak henti hentinya berharap agar beruntung selalu, dia berfikir tak hanya sekedar berfikir, dia berencana tak hanya sekedar berencana, hidupnya tak pernah lepas dari komitmen yang terbilang paten.
Namun di balik sifat terpujinya yang dijelaskan, itu bukanlah di dapat secara instan, Ahmian Daybis bisa berhasil menyandang pujian pujian tersebut pastinya perlu memikul beban beban hidup yang luar biasa beratnya.
Dulu, ketika Ahmian Daybis masih terbilang labil di balik kesenjangan masa pubertasnya, dia juga termasuk ke dalam golongan anak yang tak patut, dia adalah anak yang mudah menyerah ketika tersandung suatu tunggul kehidupan.
Pada suatu hari Ahmian Daybis hendak pergi ke sekolah, dia bersekolah di bangku SMP kelas 3, pada saat itu Ahmian Daybis sudah kelas 3 SMP semester genap, dia di kategorikan sebagai anak yang berprestasi, pandai berbicara, apa lagi di bidang keagamaan islam, namun itu hanya bakat yang dia miliki, bukan kebiasaan yang dia punya, dia juga anak yang melaksanakan shalat, hingga pada suatu ketika dia mendapat kabar kalau di daerahnya ada perlombaan pidato tingkat kabupaten, karena dia merasa kalau berpidato adalah hobinya, dengan spontan dia berniat untuk mengikuti perlombaan itu, perlombaanya tinggal hanya seminggu lagi, dia meningkatkan ibadahnya, dia memohon sesering mungkin dalam doa doanya kepada Allah, dia meminta agar mendapatkan juara pada saat lomba nanti, hingga pada saat di hari H dia mengikuti lomba pidato tersebut, pada saat itu dia sangat berharap agar dia mendapatkan juara. Perlombaanpun berlangsung hingga selesai. Keesokan harinya adalah momen yang sangat di tunggu tunggunya yaitu pengumuman sang juara pidato tingkat kabupaten. Pastinya Ahmian Daybis sangatlah berharap untuk mendapatkan juara 1 di perlombaan itu. Dia sudah sangat percaya diri pada saat itu. Tetapi apalah daya ternyata dia tidak berhasil mendapatkan impiannya karena dia hanya meraih juara harapan 1 dan automatis dia tidak akan jadi untuk lanjut ketahap provinsi. Dia sangat kecewa dan benar benar kesal, dia menganggap kalau semua ini tidaklah adil sama sekali, karena dia merasa kalau dia lah yang pantas menjadi juara. Semenjak itu dia menjadi malas malasan, dia malas beribadah lagi karena dia beranggapan “aku sudah capek capek shalat sesering mungkin, memohon sering sering, rukuk, sujud, nungging nungging, namun apa? Memang Allah tidak adil dan tidak pernah mengerti keinginan hambanya.
Dia berkata seperti itu tanpa berfikir kalau kekalahan yang sebenarnya ada di pendirianya yang gagal, bukan pada saat dia tidak mendapatkan juara. Dia lupa akan segala sesuatu yang terjadi pada kehidupannya pasti ada hikmahnya. Keesokan hari dia mengikuti organisasi rohis di sekolahnya sepulang sekolah. Dia mendapat arahan dari seorang motivator yang mengatakan kalau kegagalan bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal dari keberhasilan. Semenjak itu dia berfikir kalau kegagalan dia selama ini adalah keberhasilannya yang tertunda. Dia semakin giat lagi belajar untuk menempuh keberhasilan keberhasilannya yang selama ini tertunda.
Beberapa tahun kemudian, Ahmian Daybis sudah berada di bangku SMK kelas 3 semester genap, dia masih seperti sebelumnya hanya saja dia kini lebih matang lagi dalam berfikir. Namun kepercayaan dirinya hilang pada saat dia gagal dalam tes ujian praktiknya, padahal dia merasa kalau dia sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin. Dia sangat kecewa seperti halnya ketika dia masih SMP yang kalah dalam perlombaan pidato yang diikutinya. Dia kecewa hingga membuat dia semakin malas untuk beribadah. Ahmian Daybis sangat putus asa, dia iri dengan orang-orang yang dia anggap selalu beruntung di banding dirinya, dia merasa kalau dia bukanlah siapa siapa yang bisa di katakan sebagai orang yang beruntung. Kini Ahmian Daybis menjalani hidupnya penuh dengan keluh kesah, dia menyelesaikan sekolahnya dengan biasa biasa saja dalam arti kata “Lulus ya lulus,Tidak ya tidak” , itu karena dia merasa bosan dengan dirinya yang selalu seperti tak di anggap, dia merasa tidak ada apa apanya di bidang apa pun, dia selalu galau dan dilema dengan hidupnya.
Hingga pada suatu hari dia berjalan menuju sebuah sungai, disana Ahmian Daybis mengeluarkan seluruh keluh kesahnya dengan cara berteriak sekencang mungkin, namun ketika itu dia di tegur oleh seorang kakek tua, “kamu kenapa cu?” , “saya bingung kek, saya tidak tahu arah hidup saya, saya iri dengan mereka mereka yang selalu lebih hebat dari saya” , lalu kakek itu mengambil setimbah air sungai dan juga secangkir air sungai yang sama. Kakek itu menuangkan secangkir air tadi kedalam setimbah air sungai yang di ambilnya, kemudian “sekarang tugasmu adalah, coba kau ambil dan pisahkan secangkir air yang saya tuangkan tadi kedalam setimbah air ini” , “bagaimana caranya? Mana mungkin saya bisa memisahkan air dari air yang ada, karena secangkir air yang kakek tuang tadi itu sama saja dengan air yang ada di dalam timbah” , “cu.. cu.. memanglah tidak bisa kalau kita mau memisahkan secangkir air tadi dari yang sudah tercampur kedalam setimbah air yang sama bentuknya, karena untuk membedakannya saja kita kesulitan, apalagi untuk memisahkannya, maka dari itu kau harus menjadi secangkir minyak yang di tuangkan kedalam setimbah air agar dapat di bedakan bahkan dapat di pisahkan” spontan Ahmian Daybis berfikir apa makna dari pembicaraan si kakek tadi, “Cu.. maka dari itu, mulai sekarang kau harus menjadi minyak diantara air agar kau dapat dipandang dan di bedakan, tidak disamaratakan, artinya adalah kau harus menjadi orang yang sukses dengan pendirian dan komitmen yang tegas agar dapat menjadi orang yang di irikan sama halnya seperti kau yang mengirikan seseorang pada saat kau masih sama rata kehebatanya dengan manusia manusia yang ada di dunia ini” lalu Ahmian Daybis mengangguk dan langsung membara untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat dia seperti minyak di antara air.
Ahmian Daybis tak henti hentinya untuk menempuh jalan kesuksesannya, dia selalu berfikir berbuat berfikir berbuat hingga dia dapat menggapai impiannya dengan di iringi ketakwaannya kepada Tuhan yang maha esa. Kini ia sudah menjadi pemuda yang hebat sama halnya seperti minyak yang ada di dalam air, meskipun demikian dia selalu tak pernah puas dengan ilmu yang di dapatnya, dia berkuliah sambil bekerja, hingga pada akhirnya dia menyelesaikan kuliah dan membangun bisnis yang awalnya kecil kecilan menjadi bisnis yang berjaya dan ini semua berkat perkataan mutiara yang dia dapat dari seorang kakek kakek di pinggir sungai.
Dari cerita yang ada, kita dapat mengambil makna kalau untuk menempuh kesuksesan sama halnya untuk menempuh suatu puncak gunung yang tak langsung dapat kita pandang keindahannya dari atas puncak, tetapi semua itu dapat kita nikmati melalui segala rintangan yang menerpa, baik itu ancaman dari binatang buas, letih yang tiada tara, sampai merasakan haus yang benar benar haus ketika kita kehabisan persediaan air untuk melanjutkan perjalanan. Begitupun dengan kehidupan ini, ketika kita putus asa itu berarti kita membutuhkan siraman rohani yang cukup membantu untuk melepas dahaga dalam keringnya semangat hidup. Dan dari semua itu kita memerlukan Habits yang artinya kebiasaan, kebiasaan dalam arti kata membiasakan diri agar menjadi lebih baik, untuk mendapatkan itu juga harus melewati tahapan tahapan pembelajaran agar kita terbiasa menjalaninya, untuk melatih habits dalam diri mungkin butuh sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun dan bahkan lebih untuk menggapainya, maka dari itu berusahalah menjadi hamba Allah yang tak lepas dari ridhonya, rajin beribadah dan bertawakal kepada Allah, karena untuk menjalani rencana baik bukanlah di kuatkan oleh motivasi dari motivator motivator yang ada tetapi motivasi terbesar di dalam hidup kita adalah diri sendiri dan motivator motivator yang ada bukan lah sebagai motivator hidup kita melainkan hanya sebagai fasilitator yang memenuhi dan melengkapi kehidupan kita. Dan sekarang, tinggal lagi bagaimana kita menyikapi dan memaknai arti dari alur cerita yang telah tertera ke dalam skenario kehidupan kita di dunia ini
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.



(Nama Ahmian Daybis Diambil Dari Nama Penulis)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar